Penuh Semangat dan Sarat Makna, Tari Seudati, Tari Tradisional Aceh
Tarian yang telah ada sejak abad ke-16 ini menjadi salah satu tari legendaris dengan banyak pesan moral dan bahkan digunakan sebagai media dakwah serta dikenal sebagai tari pengobar semangat para pemuda Aceh kala itu untuk melawan penjajah pada era kolonial Belanda. Bagaimana sejarah, fungsi, hingga makna yang terkandung pada tari Seudati? Mari cari tahu pada ulasan berikut!
Sejarah Tari Seudati
Tidak terdapat catatan sejarah yang jelas mengenai kapan tari Seudati diciptakan. Namun, berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, tari Seudati telah berkembang sejak abad ke-16 atau saat agama Islam masuk ke Aceh.
Berbicara mengenai sejarah tari Seudati tentu tak lepas dari daerah asalnya yaitu Desa Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga, Pidie, Aceh.
Awalnya Seudati ini hanya populer di daerah pesisir saja. Namun seiring waktu perkembangannya semakin luas. Tari yang dulu hanya dipentaskan saat acara adat tertentu, kini mulai dipentaskan saat acara pernikahan, festival budaya, hingga promosi wisata di Aceh. Bahkan tari ini pun menjadi salah satu kesenian nasional yang membanggakan dan dikenal hingga ke mancanegara.
Mengandung keunikan dan sarat akan nilai budaya, pada 2014 tari Seudati ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Provinsi Aceh. Selain itu kini juga sedang diusulkan pada UNESCO untuk menjadi salah satu Warisan Seni Budaya Tak Benda Dunia.
Asal-Usul Nama Tari Seudati
Terdapat beberapa versi terkait asal-usul dan makna nama Seudati. Beberapa berpendapat bahwa nama tarian ini berasal dari bahasa Arab, yang berarti syahadati atau syahadatin, pengakuan atas keesaan Allah.
Komponen Tari Seudati
- Jumlah penari dalam tari Seudati berjumlah minimal 8 orang sebagai penari utama yang mana masing-masing akan memerankan peran yang berbeda-beda.
- Peran tersebut antara lain satu orang pemimpin yang disebut syeh.
- Dua orang menjadi apeetwie di sebelah kiri, satu orang sebagai apeet bak di belakang, dan tiga orang sebagai pembantu biasa.
- Dua orang pelantun syair sebagai pengiring para penari yang disebut dengan aneuk syahi.
-
Dalam pementasannya, beberapa babak dimainkan yaitu Saleum Aneuk, Saleum Syeh, Likok, Saman, Kisah, Lanie (Gambus pembuka), dan Gambus penutup.
- Syair-syair Seudati menggunakan sajak a-b-a-b dan berisi berbagai pesan seperti pesan agama Islam, pesan adat Aceh, pembakar semangat dan kisah sejarah Aceh.
- Pada perkembangannya isi syair pada tari Seudati dapat disesuaikan. Bahkan jika syeh atau aneuk syahi telah berpengalaman dan handal maka mereka dapat menciptakan syair secara spontan saat pementasan berlangsung.
- Penari Seudati menggunakan baju dan celana berwarna putih. Aksesorisnya meliputi kain songket melilit dari pinggang hingga paha, rencong di pinggang, serta tengkulok merah sebagai ikat kepala.
Fungsi dan Makna Tari Seudati
Makna tari Seudati melambangkan kegigihan, keteguhan, semangat serta jiwa kepahlawanan dari pria Aceh. Oleh karena diciptakan saat Islam masuk ke Aceh, pada saat itu tari Seudati memiliki sejumlah fungsi, yaitu:
- Fungsi utama sebagai media dakwah.
- Fungsi pendidikan, yakni untuk mengajarkan nilai moral kepada masyarakat lewat syairnya yang sarat akan makna kehidupan.
Sehingga masyarakat yang menyaksikan pementasan bukan hanya akan terhibur melainkan juga dapat mengambil makna serta pesan moril yang berguna bagi kehidupannya.